Lestarikan Batik Indonesia Sebuah bangunan menjadi saksi bersejarah bangsa Indonesia. Museum yang satu ini berarsitukter gaya kolonial dan memiliki daya tarik sendiri dari sisi pariwisata bangunan tua. Perjalanan bangunan ini telah berganti tangan sejak abad ke-19.Dahulunya milik rumah pribadi warga negara Perancis kemudian dijual ke konsul Turki. Berlanjut kepada KarelChristian Crucq pada 1942. Pada masa kemerdekaan, gedung ini digunakan sebagai markas besar Barisan Keamanan Rakyat (BKR). Setelahnya, secara berturut-turut dihuni oleh Lie Sion Phin (1947). Dan pada 28 Juni 1976, diresmikan sebagai Museum Tekstil.Museum tekstil ini diprakarsai oleh Kelompok Pecinta Kain Tradisional Indonesia (Wastraprema), Ir.Safioen (saat itu selaku Dirjen Tekstil Departemen Perindustrian). Saat itu, Ali Sadikin sebagai Gubernur DKI Jakarta mendukung hal tersebut. Akhirnya, diresmikanlah oleh Ibu Tien Soeharto. Begitu lho sejarahnya Museum Tekstil.

Ups, masih ada lagi yang ketinggalan. Di sebelah timur Museum tekstil ini terdapat sebuah bangunan tua juga. Bangunan ini disebut Galeri Batik. Gunanya untuk menyimpan koleksi-koleksi batik kontemporer sekaligus menyelenggarakan seminar maupun worksop membatik bagi masyarakat umum. Kedua bangunan bersejarah tersebut hingga kini terjaga keasliannya lho. Makanya masih terlihat artistik banget!Untuk koleksi yang ada di Museum Tekstil ini didapat sumbangan dari Wastraprema sekitar 500 koleksi. Hingga sekarang ini tercatat sejumlah 1914 buah. Terdiri dari  680 koleksi kain batik, 761 kain tenun, 313 koleksi campuran, 60 koleksi peralatan, 100 koleksi busana dan tekstil kontemporer. Itu hasil pembelian oleh Dinas Museum dan Sejarah atau Dinas Museum dan Pemugaran atau Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, dan tentu saja dari masyarakat yang mencintai batik.

Jika anda, ingin ke Museum Tekstil, tempatnya nggak jauh kok. Museum ini dekat dari lokasi Pasar Tanah Abang. Lingkungan sekitar museum memang sangat asri sekali tapi sayangnya, mata anda harus jeli untuk mencari lokasi museumnya. Karena, depan museum banyak sekali pedagang kaki lima yang berjualan berbagai macam barang sehingga terkesan ia nyempil atau terselip. Sehingga museum terkesan kumuh oleh pemandangan yang tak sedap tersebut.Museum ini nggak kalah indah arsitekturnya dibandingkan dengan Museum Fatahillah atau lainnya. Jadi, museum ini menjadi salah satu referensi wajib bagi anda pencinta museum sekaligus jika anda ingin belajar membatik, bisa juga di sini kok. Yuk, segera kunjungi Museum Tekstil Jakarta. (Agnes)