Di Indonesia buaya adalah salah satu binatang yang dilindungi kelestariannya. Namun di sisi lain, buaya juga punya potensi ekonomis yang cukup besar. Karena itu, penangkaran buaya adalah solusi yang tepat dan juga legal. Sebagian besar dari kitahanya mengenal buaya sebagai hewan buas yang berbahaya. Tapi, keluarga Rachmat Wiradinata, buaya adalah segalanya. Sebab, dari reptil bertubuh besar inilah mengantarkan mereka sukses mengitegrasikan bisnis buaya, mulai dari penangkaran sampai produksi barang jadi.

Pada tahun 1990, melalui PT. Ekanindya Karsa Pak Rachmat mulai merintis usaha kulitnya yang berlokasi di daerah Serang, Banten. Setelah sukses dengan bisnis kulitnya yang di ekspor ke Jepang pada tahun 1992, ia mencoba mengembangkan usahanya dengan membuat tas yang terbuat dari kulit buaya. Usaha pembuatan tas dari kulit buaya pun menuai kesuksesan dengan di ekspornya tas-tas kulit tersebut ke Jepang. Tas-tas kulit tersebut diberi nama Raflo sebagai brand. Setelah sukses dengan tas-tas tersebut, dibukalah sebuah toko dikawasan SCBD, Jakarta untuk menyasar ke pasar lokal, dan hasilnya pun tidak mengecewakan.

Pada tahun 2007 toko pun berpindah ke Taman Rasuna Said Blok KO 2, Jakarta Selatan. Saat ini Raflo menargetkan penjualan tas kulitnya untuk pasar lokal, tapi tidak sedikit kalangan ekspatriat terutama duta besar negara sahabat mencari tas kulit ke Raflo. Selain di Jakarta dan Bali, Raflo sudah cukup dikenal di negeri Sakura Jepang dan Macau. Sedangkan harga tas kulit Raflo terbilang masih terjangkau dibandingkan dengan tas-tas kulit dari branded ternama.

Raflo mengerjakan segala proses produksinya secara mandiri, dan keseluruhannya itu dilakukan di lokasi yang sama. Dari mulai menangkarkan buaya, menyamaknya, hingga membuatnya menjadi produk fashion eksklusif siap pakai berstandar internasional (seperti tas, dompet, dan belt). Tas kulit Raflo bisa menjadi pilihan bagi anda yang ingin mencari tas kulit asli dengan harga yang cukup terjangkau. (Angga W. Wardani/geDoor.com)