Register Login

Masjid Langgar Tinggi

Wisata masjid di ibukota Indonesia, tidak akan ada habisnya. Setiap wilayah dari kota ini bisa anda telusuri sejarah dan tentunya anda akan terkagum-kagum mengetahuinya. Jakarta yang dahulu disebut sebagai Batavia, memiliki puluhan masjid untuk wisata religi nan bersejarah. Salah satunya yang berada di wilayah Pekojan, Jakarta Barat atau dikenal dengan Kampung Arab. Mengapa disebut denganKampung Arab? Kisah Kampung Arab identik dengan pembentukan daerah Pekojan itu sendiriri.

Pekojan berasal dari kata "Khoja" atau "Kaja," kata tersebut adalah nama daerah di India yang masyarakatnya berprofesi sebagai pedagang atau saudagar muslim. Ketika Batavia masih dipegang oleh pemerintahan Hindia Belanda, dahulunya Belanda mengkotak-kotakan daerah sesuai dengan asal suku atau negaranya. Jadinya, di daerah Pekojan dihuni oleh orang-orang Bengali atau Koja, ada juga daerah Glodok dengan Kampung Arab, daerah Kampung Bandan, dan sebagainya. Itu digunakan untuk memudahkan pengaturan warganya. Dan jika ada yang ingin melewati daerahnya, maka mereka harus mempunyai surat jalan, ibaratnya seperti visa.

Masjid Langgar Tinggi adalah salah satu dari masjid yang berada di Kampung Arab, didirikan pada 1829 atau 1249 Hijriah. Dua buah tiang penyanggah terlihat di depan bangunan. Tiang tersebut pertanda dari ciri khas masjid yang dibangun pada zaman Batavia. Struktur bangunan, mimbar, lantai, penyangga-penyangga kayu, masih asli hingga kini dan tak ada yang diubah satu pun. Kata "langgar" itu sendiri artinya adalah sebuah masjid kecil. Mengapa disebut langgar tinggi? Karena segala macam aktivitas shalat dilakukan di lantai atas, lantai bawahnya digunakan untuk pengurus langgar. Dahulunya, ketika Kali Angke masih bersih dan dalam, tidak seperti sekarang yang sudah hitam pekat, bau, dan penuh lumpur.

Banyak perahu dan rakit-rakit dari daerah Tangerang menyusuri Kali Cisadane masuk ke Kali Angke yang membawa rempah-rempah, kebutuhan pokok, serta bahan bangunan menuju pusatnya Batavia, mampir terlebih dahulu untuk shalat ke masjid ini. Jika kita perhatikan dari pintu masuk masjid yang harus menaiki tangga tersebut dan tempat shalat terletak di sebelah kanan dari pintu masuk. Sebelum masuk ke pintu tempat shalat, anda akan menemukan pintu berwarna hijau yang kini telah tertutup. Dahulunya, pintu tersebut terbuka dan menjadi tempat hilir mudik para pendatang. Luas lantai dasar Masjid Langgar Tinggi sebesar 8 meter x 24 meter.

Bangunan ini memiliki arsitektur Eropa klasik, tampak pada tiang-tiangnya, unsur Cina pada penyangga balok-balok kayu, dan unsur Jawa pada denah dasarnya. Bangunan masjid ini juga terlihat unsur Cina dari atap yang berbentuk dua simbol menonjol pada kanan dan kiri atap. Setengah bangunan sisanya digunakan untuk toko minyak wangi yang telah ada semenjak masjid ini dibangun. Adolf Heuken SJ yang menulis sejarah masjid-masjid tua di Jakarta oleh Penerbit Yayasan Cipta Loka Caraka, Jakarta, 2003 lalu menuliskan bahwa Masjid Langgar Tinggi didirikan atas tanah wakaf oleh Syarifah Mas'ad Barik Ba'alwi, seorang pria asal Yaman, yang juga suka hilir mudik masuk ke pusat Batavia kala itu. Ia lalu berinisiatif mendirikan masjid sebagai tempat singgah beribadah para pendatang. Meski kini jarang ada jamaahnya namun masjid ini termasuk ke dalam golongan masjid yang patut dilindungi oleh negara. Anda bisa melihat tampak belakang masjid, yang sudah tercampur dengan pemukiman padat penduduk. Kali Angke yang dahulu bersih dan ramai telah menjadi saksi bisu dari sejarah Masjid Langgar Tinggi. (Agnes)



02 Februari 2012 - 16:22:47 WIB
Foto : Agnes
Dibaca : 1767
  • Masjid Langgar Tinggi, Jalan Pekojan Raya No: 43, Tambora, Jakarta Barat
  • Maps

BACA ARTIKEL MENARIK LAINNYA

Pesona Air Terjun Curug Cilember Pesona Air Terjun Curug Cilember
Selasa, 01 Juli 2014
Gereja Koinonia Gereja Koinonia
Senin, 30 Januari 2012
Lapangan Terbuka Banteng Lapangan Terbuka Banteng
Rabu, 14 September 2011
Pusat Primata Schmutzer Pusat Primata Schmutzer
Selasa, 28 Juni 2011

SHARE