Menyusuri peradaban Jakarta masa lalu Jakarta memang tidak ada habis-habisnya, kita akan selalu saja menemukan tempat-tempat baru dengan sejarahnya masing-masing. Kota tua merupakan salah satu tempat yang memiliki sejarah panjang di Jakarta, namun kalau kita telisik lebih jelas lagi ternyata tempat macam Pasar Barujuga mempunyai sejarah yang tak kalah panjang juga lho.

Di depan Pasar baru bersebelahan dengan Gedung Kesenian Jakarta terdapat sebuah gedung dengan arsitektur yang cukup klasik yakni gedung Filateli, gedung ini awalnya dikenal dengan nama gedung Kantor Pos Pasar Baru Jakarta  dirancang oleh J van Hoytema dari Dinas BOW tahun 1913. Pada perkembangannya gedung ini kemudian menjadi milik Perusahaan Negara Pos Telekomunikasi. Pada tahun 1965 PN POSTEL dipisahkan menjadi dua perusahaan yaitu PN Pos dan Giro dan PN Telekomunikasi. PN Pos dan Giro kemudian berubah nama menjadi Perusahaan Umum Pos dan Giro, dan tahun 1995 berubah lagi menjadi PT Pos Indonesia. Pada awal kemerdekaan, gedung ini digunakan untuk pelayanan pos, telpon dan telegraph. Pada tahun 1995 dibangun perkantoran baru yang disebut Gedung Pos Ibukota.

Setelah layanan pos dipindahkan ke gedung baru, maka Gedung Kantor Pos ini kemudian dikenal sebagai Gedung Filateli Jakarta yang melayani penjualan dan pemesanan benda filateli serta penjualan benda benda koleksi, serta aktivitas lelang. Namun sekarang terlihat tidak ada aktifitas yang berarti di tempat ini, malahan lebih terlihat sebagai sarana tempat parkir bagi mobil-mobil dan sebagai salah satu tempat pelayanan SIM keliling yang dilakasanakan pada hari-hari tertentu tepat di depan gedung.

Namun seiring kurang berkembangnya aktifitas di dalam gedung ini masih cukup banyak penjaja benda-benda pos yang masih melayani konsumen pada bagian samping Gedung Filateli. Terlihat lesu penjaja benda pos yang terus berjuang dengan dagangannya meskipun banyak diantara pedagang yang sudah berusia lanjut terlihat di sana. Semoga saja pemerintah mulai memperhatikan tempat-tempat yang bersejarah ini dan mulai kembali memfungsikannya kembali sebagi salah satu sarana ruang publik lebih mengenal sejarah kota. (Roy)