-
Pagelaran Teater Mahabharata 'Bab kedua'-nya Ini Berlangsung Kurang Lebih Dua Jam
-
'Bab Pertama'-nya Sendiri Telah Dipentaskan Pada Tahun 2013 Silam
-
Hiroshi Koike Bridge Project Sukses Menggelar Pentas Teater Mahabharata 'Bab kedua'
-
Teater Mahabharata 'Bab kedua'-nya Digelar 23-24 Januari 2015 Lalu di Teater Salihara
Gelaran Teater Mahabharata 'Bab Kedua' Di Teater Salihara
Kisah Mahabharata yang melegenda merupakan sebuah karya sastra kuno
yang berasal dari India, yang secara tradisional ditulis oleh Begawan Byasa
atau Vyasa. Ada yang meyakini, buku yang terdiri dari delapan belas kitabini,
yang dinamakan Astadasaparwa (asta = 8, dasa = 10, parwa = kitab) sesungguhnya merupakan kumpulan dari banyak cerita yang semula
terpencar-pencar, yang dikumpulkan semenjak abad ke-4 sebelum Masehi.
Secara singkat, Mahabharata menceritakan kisah konflik para Pandawa Lima dengan saudara sepupu mereka sang seratus Korawa, mengenai sengketa hak pemerintahan tanah negara Astina. Puncaknya adalah perang Bharatayuddha di medan Kurusetra dan pertempuran berlangsung selama delapan belas hari.
Namun dibalik semua kisah yang termuat dalam kitab yang tertulis dalam bahasa sansekerta itu merupakan sumber falsafah hidup, moral, politik dan hukum dan menjadi bagian dari ajaran agama Hindu. Karya yang memberi banyak inspirasi kepada tradisi lisan, sastra modern dan seni pertunjukan asia bahkan dunia.
Seperti halnya Hiroshi Koike, perempuan asal Jepang, bersama dengan Hiroshi Koike Bridge Project-nya yang sukses menggelar pentas teater Mahabharata 'Bab kedua'-nya pada 23-24 Januari 2015 lalu di Teater Salihara, Jakarta. Sedangkan untuk pementasan 'Bab Pertama'-nya, teater fisik yang disutradarai oleh Hiroshi Koike sendiri telah dipentaskan pada tahun 2013 silam.
Naskah cerita yang ditulis oleh sang sutradara mengalir bukan hanya lewat gerak tubuh para penari-penari yang masing-masingnya memerankan beberapa karakter dengan memakai topeng Bali yang berbeda tetapi juga oleh ringkasan cerita yang disorotkan di layar.
Pagelaran yang berlangsung kurang lebih berdurasi dua jam ini dibuka oleh para penari yang berpakaian serba putih di atas panggung, mereka menari dengan gerakan khas negara asalnya masing-masing. Pentas yang merujuk pada semangat mencari kebaruan ini merupakan proyek kolaborasi antara beberapa seniman asal Jepang, India, Malaysia dan Indonesia sendiri. (Fakhruddin Abd/geDoor)
Secara singkat, Mahabharata menceritakan kisah konflik para Pandawa Lima dengan saudara sepupu mereka sang seratus Korawa, mengenai sengketa hak pemerintahan tanah negara Astina. Puncaknya adalah perang Bharatayuddha di medan Kurusetra dan pertempuran berlangsung selama delapan belas hari.
Namun dibalik semua kisah yang termuat dalam kitab yang tertulis dalam bahasa sansekerta itu merupakan sumber falsafah hidup, moral, politik dan hukum dan menjadi bagian dari ajaran agama Hindu. Karya yang memberi banyak inspirasi kepada tradisi lisan, sastra modern dan seni pertunjukan asia bahkan dunia.
Seperti halnya Hiroshi Koike, perempuan asal Jepang, bersama dengan Hiroshi Koike Bridge Project-nya yang sukses menggelar pentas teater Mahabharata 'Bab kedua'-nya pada 23-24 Januari 2015 lalu di Teater Salihara, Jakarta. Sedangkan untuk pementasan 'Bab Pertama'-nya, teater fisik yang disutradarai oleh Hiroshi Koike sendiri telah dipentaskan pada tahun 2013 silam.
Naskah cerita yang ditulis oleh sang sutradara mengalir bukan hanya lewat gerak tubuh para penari-penari yang masing-masingnya memerankan beberapa karakter dengan memakai topeng Bali yang berbeda tetapi juga oleh ringkasan cerita yang disorotkan di layar.
Pagelaran yang berlangsung kurang lebih berdurasi dua jam ini dibuka oleh para penari yang berpakaian serba putih di atas panggung, mereka menari dengan gerakan khas negara asalnya masing-masing. Pentas yang merujuk pada semangat mencari kebaruan ini merupakan proyek kolaborasi antara beberapa seniman asal Jepang, India, Malaysia dan Indonesia sendiri. (Fakhruddin Abd/geDoor)
26 Januari 2015 - 15:54:30 WIB
Foto : Fakhruddin Abd/gedoor
Dibaca : 2356