Register Login

Tugu Peringatan Satoe Tahoen Repoeblik Indonesia

Tugu Peringatan Satoe Tahoen Repoeblik Indonesia Tepat satu tahun sejak dibacakannya teks proklamasi kemerdekaan yaitu pada tanggal 17 Agustus 1946, sebuah tugu berdiri di lokasi pembacaan proklamasi itu. Tugu kecil setinggi 3 meter itu didirikan oleh Yos Masdani, anggota Ikatan Wanita. Tugu ini dibuat untuk menghargai peran dari para pejuang wanita, karena itu di atas bahan marmer di tugu tersebut terdapat tulisan "Atas Oesaha Wanita Djakarta." Tugu itu diberi nama Tugu Peringatan Satoe Tahoen Repoeblik Indonesia. Di komplek Taman Proklamasi, hanya tugu ini yang terasa nuansa revolusinya, karena dibuat dalam waktu yang belum lama dari dibacakannya proklamasi. Dalam buku "19 Desember 1948 Perang Gerilya Perang Rakyat Semesta," kisah tugu ini diceritakan oleh sang pembuatnya, Dra Yos Masdani Tumbuan kepada Titiek WS. Diungkapkan, pada bulan Juni 1946, Yos Masdani sebagai seorang mahasiswi anggota Ikatan Wanita Djakarta diminta membuat tugu peringatan proklamasi. Permintaan itu disampaikan Ratulangi dan Mien Wiranatakusumah (kemudian hari dikenal sebagai Ny Mien Sudarpo Sastrosatomo). Tidak disediakan dana, kecuali disebutkan nama pelaksananya, yaitu Aboetardjab dari Biro Teknik Kores Siregar, mantan mahasiswa Tehnische Hoge School (sekarang Institut Teknologi Bandung/ITB). Dana harus dicari bersama kawan-kawan lain. Sesaat menjelang diresmikannya monumen ini, Wali Kota Jakarta saat itu, Suwiryo melarang melakukan peresmian pada tanggal 17 Agustus 1946. Larangan ini sesungguhnya dikeluarkan oleh sekutu. Mr Maramis yang hadir dalam pertemuan pun khawatir, kalau dipaksakan, akan terjadi tragedi seperti di Amritsar (India). Pada tanggal 16 Agustus 1946 Sutan Sjahrir tiba di Jakarta dari Yogyakarta. Ia menganggap peresmian tugu itu adalah ide yang bagus dan ia bersedia meresmikannya. Saat hari peresmian, patroli sekutu dan pasukan Gurkha terlihat hilir-mudik, namun tidak terjadi keributan. Mungkin karena kehadiran Perdana Menteri Sutan Sjahrir. Pada tanggal 14 Agustus 1960 terjadi peristiwa yang mengejutkan. Seperti diberitakan oleh surat kabar Keng Po bahwa Angkatan '45 menginginkan agar tugu itu harus dimusnahkan. Menurut Yos Masdani, komunis pada saat itu memiliki kekuatan untuk mengubah wajah sejarah. Dan pada tanggal 15 Agustus 1960, tugu peringatan itu lenyap. Sejumlah tokoh seperti Mr RA Maria Ulfah Santoso dan Lasmidjah Hardi, menemui Gubernur Sumarno di Balaikota. Dalam pertemuan itu gubernur menyerahkan tiga lempengan marmer yang tadinya melekat di tugu. Atas saran para wanita yang hadir, lempengan marmer itu disampaikan kepada Yos Masdani. Pembangunan kembali tugu itu pernah diusulkan pada tahun 1968 kepada Gubernur Ali Sadikin. Usulan ini ditanggapi positif. Dan dimulailah pemugaran. Pemugaran sempat tertunda karen Yos Madani berangkat ke Amerika Serikat untuk belajar. Cornell University pernah menawar lempengan marmer tugu itu dengan harga mahal, namun Yos menolak. Setelah dipugar, tugu itu akhirnya diresmikan kembali pada tanggal 17 Agustus 1972 oleh Menteri Penerangan Budiarjo di lokasi semula. Peresmian ini dihadiri sejumlah tokoh, diantaranya mantan Wakil Presiden RI Bung Hatta. (Eddy Purwanto)




05 Juli 2012 - 12:48:50 WIB

Dibaca : 1124

SHARE