Register Login

Bakso Charles

Adalah Wagimin (60) yang menjadi figur utama dalam kemajuan Bakso Charles. Dimana Wagimin yang kali pertama menginjakkan kaki di Ibukota Indonesia pada sekitar 1980-an, mampu membangun kebiasaan masyarakat untuk senantiasa mencoba bakso buatannya. Kala itu, Wagimin berjualan bakso masih menggunakan gerobak. Lokasinya di Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Bertahun-tahun lamanya, pria asal Wonogiri iniakhirnya memiliki toko kecil di Jalan Kincir Jakarta Timur, tak jauh dari Terminal Rawamangun. Widodo (31), salah satu putra Wagimin menyatakan kalau sejak saat itulah Wagimin memilih Charles sebagai nama tempat baksonya. Charles sendiri diambil dari nama panggilan Wagimin oleh teman-temannya. "Kata rekan-rekannya, rambut bapak mirip Charles Hutagalung. Makanya bila memanggil bapak ya Charles. Inilah yang menjadi alasan mengapa memberikan nama yaitu Bakso Charles," tutur pria yang sekaligus sebagai direktur. Walau terbilang baru memasuki tahun ketiga memimpin restoran bakso ini, Widodo mampu memberikan bukti akan kemajuan yang pesat. Bahkan ada cita-cita untuk membuka kembali cabang dari Bakso Charles. "Pengunjung kami adalah langganan sejak dulu. Mereka selalu datang untuk mencoba bakso asli produksi sendiri. Ada beberapa yang terlihat pengunjung baru, mereka tahu bakso kami dari mulut ke mulut. Jadi, tak ada promosi khusus," akunya, Selasa (19/12) lalu. Tak mau berlama-lama, saya pun memesan bakso kuah dengan minumannya es teler serta es campur. Sekilas yang berbeda antara bakso kuah dengan bakso campur hanya terletak pada campuran mie dan banyaknya bakso polos yang disajikan. Bakso yang kami pesan adalah bakso urat. Semua bahan 70% berasal dari daging sapi yang sudah digiling terlebih dulu saat membeli di pasar. Bahan campuran lain yang ada adalah tepung, dengan bumbu bawang merah, bawang putih, lada yang digerus terlebih dahulu. Tak heran bila rasanya sangat kenyal dan renyah. Begitu pun dengan bakso telornya. Nah, bagi anda yang tak begitu senang bakso polos dan ingin menggantinya dengan bakso telor atau urat bisa saja. Untuk satu buah bakso urat atau telor dapat ditukar dengan dua buah bakso polos. Dalam satu hari, daging yang terjual untuk pengolahan bakso mencapai 10 Kg. Bila Sabtu dan Minggu 15 Kg. Bakso yang dimakan sebagai pengganti makan siang saya pun tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Untuk pereda, saya pun mencoba es teler, minuman andalan sejak bakso ini masih berjualan menggunakan gerobak. Es teler berbahan nangka, alpukat yang sudah digiling, kelapa, susu, dan sirup gula adalah buatan sendiri. Begitu juga untuk es campur dari cingcau hitam, alpukat, kelapa, tape, sirup merah, susu cokelat dan susu putih. "Menu utama kami bakso yang diproses sendiri. Semua resep dari bapak. Dan bapak saya juga otodidak. Es teler dan es campur pun demikian. Namun, bila ada pengunjung yang ingin makanan lain, kami menyediakan seperti nasi goreng, seafood, dan lain-lain," ujarnya. Dengan memproduksi bakso sendiri, Widodo juga memperhitungkan waktu kerja karyawannya. Dimulai dari persiapan ke pasar untuk berbelanja pada 05:00 Wib hingga 06:00 Wib, mengolah bakso hingga 09:00 Wib. Semua diatur secara baik. Begitu 10:00 Wib, Bakso Charles siap beroperasi. Ramainya Bakso Charles sendiri pada saat istirahat makan siang dan ketika karyawan pulang kantor. Yakni, antara 12:00 Wib, 13:00 Wib, 17:00 Wib dan 19:00 Wib. "Penuhnya pengunjung setia yang datang ke kami, membuat sponsor minuman maupun rokok juga tertarik memasang promosi di sini." ucapnya. (Firman)




23 Desember 2011 - 16:03:16 WIB

Dibaca : 1155

SHARE