Bumbu Desa
Menjelang siang, adalah saat yang tepat bagi warga Jakarta mencari lokasi makan. Waktu istirahat menjadi pilihan karyawan di perusahaan-perusahaan untuk memburu kuliner di sekelilingnya. Demi menikmati citarasa "Mak Nyus" menurut kebanyakan orang, tak sedikit dari mereka rela berjalan kaki hingga menggunakan mobil untuk mencari lokasi kuliner terbaik. Urusan perut memang tak dapat dikompromi. Soal kecocokan bisa menjadi salah satu alasan bagi mereka dalam mencari kesesuaian rasa. Sebab, ini menyangkut soal lidah yang tak dapat tergantikan. Dan masing-masing orang pun akan berbeda dalam memilih makanan.Semua tergantung dari keinginan (suasana) hati. Termasuk saya. Setelah menyusuri jalanan, langkah sepeda motor pun terhenti sejenak dan perhatian tertuju pada restoran yang berlambang cabai. Kelihatan menggugah selera. "Silakan pak!!!, Parkirkan di sebelah sana," ucap salah satu sekuriti yang kebetulan melihat saya sekaligus membuyarkan lamunan. "Terima kasih Pak," saya pun membalas sapaannya. Tak lama berselang, helm, jaket dan aneka asesoris tubuh dilepas sebelum melangkah masuk ke dalam ruangan. Hanya berbekal tas gendong, saya pun memberanikan diri memasuki restoran. Melihat tampilan luar dengan desain yang indah membuat saya ingin mengetahui lebih jauh masakan-masakan yang disajikan. "Selamat Pagi, Selamat Datang di Restoran Kami," sapa salah satu resepsionis dengan senyuman khas ketika saya dan pengunjung lain memasuki dan keluar restoran tersebut. Keramahan dan kelembutan dalam tuturnya, membuat kami terpesona dan terkagum-kagum. Pengunjung pun membalas senyuman tersebut. Nyaman ketika memasuki restoran tersebut hampir dirasakan semua pengunjung. Ruangan yang sejuk adanya AC menambah kenikmatan sendiri di tubuh setelah dihempas panasnya sang surya. Ini menjadi waktu istirahat sejenak terbaik setelah penat dengan kesibukan kantor. Tak ayal, restoran tersebut ramai didatangi orang, entah sendirian, berduaan, bahkan berkelompok. Meja dan bangku pengunjung tertata rapih walau sesekali beberapa karyawan menggeser dan menata ulang disebabkan ada beberapa pengunjung yang datang dalam kelompok besar, Dan meja khusus bagi pemesan pun tersedia-yang satu hingga dua hari sebelumnya telah dikonfirmasi-disederetan penikmat kuliner khas sunda tersebut. Sebut saja Bumbu Desa. Restoran yang berada di bilangan Jalan Cikini Raya ini memiliki estetika sendiri. Pengunjung yang bermaksud mengisi perut dipersilakan memesan meja sebelum memilih segala masakan yang disajikan dalam bentuk prasmanan. Enak, lezat, menantang lidah untuk "bergoyang" menjadi andalan aneka bentuk sajian di Bumbu Desa dalam menarik perhatian pengunjung. Bingung untuk memilah dan memilih makanan adalah wajar. Mungkin salah satu alternatifnya adalah datang setiap saat walau tak setiap hari. Dengan sering berkunjung, mencicipi satu jenis makanan hingga jenis makanan yang lain dapat dilakukan. Hanya untuk menjawab rasa penasaran. Mungkin inilah salah satu strategi Bumbu Desa untuk memikat pengunjung. Dari sekian banyak jenis makanan, mata saya lebih melirik nasi merah, dengan lauk ayam sambal hijau, gepuk, dan 2 buah tempe mendoan. Memang termasuk kategori sederhana, namun soal rasa jangan diragukan lagi. Nikmatnya sajian yang menggugah selera membuat saya menjadi sigap untuk melahapnya. Campuran penyedap menjadi resep utama Bumbu Desa. Tak heran, Bumbu Desa diminati banyak pengunjung. Terbukti sejak saya datang pada 10:30 Wib hingga 12:30 Wib pengunjung tak henti-hentinya masuk dan keluar restoran yang dibawah naungan PT Tirtagamagga Gitamaya itu. Semakin siang, makin ramailah restoran. Tak sedikit yang berlama-lama di lokasi sambil menikmati kenyamanan suasana diiringi lagu khas sunda. Seolah-olah berada di lingkungan sunda. Gambar-gambar yang terpampang di dinding menjadi hiasan indah yang seakan-akan menyatakan bahwa masakan ini datang dari desa untuk disajikan ke masyarakat kota. “Tetap Kami Yang Kampungan,” Slogan ini salah satunya. Patokan harga tak terlampau mahal. Artinya, dapat juga dinikmati oleh masyarakat kelas menengah. Dan sangatlah variatif dalam penyajiannya. Cukup dengan memilih makanan dan menunjukkan nomor tempat duduk, pesanan pun siap di antar. Begitu pula minumannya. Pelayan minuman yang letaknya terpisah selalu sigap ketika melihat pengunjung kembali ke tempat duduk setelah selesai memesan makanan. Sejurus kemudian mereka menyodorkan segala macam menu minuman. Usai disuguhkan, dibacakan ulang pesanan yang sudah ditulis untuk dicocokan dengan pesanannya. Pengunjung pun mengiyakan. Begitu pula pembayaran yang dilakukan belakangan di kasir dengan cukup menyebutkan nomor tempat duduknya. Tak hanya itu, Bumbu Desa menyediakan no smoking area. Bagi pengunjung yang gemar merokok dapat memilih lantai atas untuk menyantap hidangan. Kebersihan di dalam ruangan pun sangat terjaga. Mutu pelayanan dan penyajian menjadi nilai lebih di Bumbu Desa. Pengelola seolah mengetahui keinginan pengunjung dan menarik perhatian mereka untuk betah di dalamnya. Sebut saja Reza dan Arif pengunjung asal Rawamangun, Jakarta Timur. Menurutnya, pelayanan dan fasilitas yang ada sangatlah bagus. Walau memang terbilang jarang datang, namun kunjungannya yang kesekian kalinya memikat minatnya. "Saya jarang ke sini mas, tapi ini pas ingin mampir dan mencicipi masakannya lagi," tutur Reza. Arif pun menambahkan bila dirinya sangat puas dengan apa yang sudah disajikan oleh restoran. "Makanan yang kami sukai itu ayam goreng pedas dan itu sudah sering menjadi langganan kami kalau kebetulan mampir ke sini," ujarnya. Bagi pengunjung yang kebetulan baru dan masih coba-coba seperti saya, tak usah bingung. Resepsionis yang di depan siap memberikan segala informasi lengkap yang dibutuhkan. Dan lagi-lagi dengan kesiapan dalam menjawab semua pertanyaan dari pengunjung. Lebih terperinci lagi, Bumbu Desa juga menyediakan delivery untuk semua mereka yang tak sempat datang ke lokasi namun ingin mencoba makanan khas sunda yang ada. Tentu ada beberapa ketentuan yang dipenuhi, seperti minimal order untuk 15 orang dan pemesanan minimal satu hari sebelumnya dengan menggunakan paket box. Bumbu Desa juga menyediakan berbagai kebutuhan untuk acara yang diadakan oleh pengunjung. Seperti, arisan, box, cathering, meeting, outside cathering, ulang tahun, wedding, dan lain sebagainya. Nah, bagi Anda pecinta kuliner dan ingin mencoba masakan khas sunda, tak ada salahnya mencicipi masakan yang ada di Cikini dan di Jakarta sudah lebih dari 9 cabang tersebar. Restoran yang berpusat di Bandung ini terus berupaya dalam mengembangkan pasarnya melalui pembukaan cabang-cabang.
30 November 2011 - 15:46:46 WIB
Dibaca : 1772