Register Login

Bromo dan Upacara Kasodo

Bromo dan Upacara Kasodo Gugusan Kaldera kuno luas terbentang saat sesekali memandangi gunung bromo tepat ditengah tengah Kaldera dengan background Gunung Mahameru. Indah saat matahari mulai muncul kala dini hari mulai menepi di cakrawala. Brahma Atau Bromo adalah dewa utama pada kepercayaan masyarakat beragama hindu. Gunung bromo merupakan gunung yang masih aktif hingga kini. Dengan ketinggian 2.392 meter dari permukaan laut yang diapit dari empat wilayah, Kab. Probolinggo, Lumajang, Malang,Pasuruan. Lebar kawah berdiameter 4 km, dikelilingi pula dengan punggung kaldera berdiameter 10 km luasnya. Di area tersebut terbentukah masyarakat Suku Tengger yang unik, merupakan masyarakat peninggalan kerajaan Majapahit yang mendiami wilayah pegunungan tersebut selama ratusan tahun. Dengan kostum Khas sarung tenun yang setiap kali mereka pakai sebagai pengganti jaket penghalau dingin. Bagi Penduduk Suku tengger, Gunung Bromo adalah Gunung suci. Pada Setiap Tahun sekali diadakan Ruwatan Bumi yang dinamakan upacara Yadnya Kasodo. Upacara ini bertempat di pura Luhur Poten yang berada di bawah kaki Gunung Bromo utara dan dilanjutkan ke puncak gunung Bromo. Ritual ini diadakan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan Kasodo (kesepuluh) menurut penanggalan Jawa. Berawal dari legenda Suku Tengger Pada masa kerajaan Majapahit yang di pimpin Oleh Raja Brawijaya. Sang Permaisuri dikaruniai seorang anak bernama Roro anteng. Setelah ia dewasa dinikahkan dengan seorang Pria berkasta Brahma bernama Joko Seger. Seiring dengan waktu Roro Anteng belum juga dikaruniai anak. Kemudian Joko Seger bermeditasi dipuncak Gunung Bromo. Saat sedang bermeditasi, turunlah waskita dari Dewa Brahma. Bila terkabul mereka harus bersedia mengorbankan anaknya ke dalam kawah Gunung Bromo. Joko Seger lalu pulang, selang beberapa bulan Roro Anteng Mengandung berturut turut hingga mendapatkan 25 anak putra dan putri. Pada Saatnya tiba pada bulan kasada. Roro Anteng dan Joko Seger melanggar perjanjiannnya dengan dewa Brahma. Oleh karena begitu sayang kepada putra – putrinya. Gunung Bromo pun meletus, tanda sang dewa murka. Peristiwa itu mengakibatkan anak bungsunya Kusuma menjadi korban dan lenyap terjilat api. Seiring lenyapnya api, terdengarlah suara gaib serupa dengan suara Kusuma " Saudara – saudaraku tercinta. aku telah dikorbankan oleh orangtuaku, Pertanda kalian akan selamat dari malapetaka. Dan ingatlah pada hari ke-14 bulan kasada tepat pada saat bulan purnama, adakanlah sesaji kepada Hyang widi di kawah gunung bromo. Setelah berabad lamanya upacara itu tetap diadakan setiap tahunnya hingga kini. Dan menjadi sumber wisata diwilayah Jawa Timur. Ritual tersebut Selalu dipenuhi wisatawan mancanegara maupun lokal. Karena mempunyai daya tarik tersendiri antara Pegunungan Bromo dan kaldera kunonya. Serta masyarakat Suku tengger yang terkenal unik dari bahasa hingga cara mereka berpakaian. Cara mencapai lokasi : • Surabaya - Malang - Tumpang - Gubuk Klakah, 120 km. • Surabaya - Tongas - Sukapura - Cemorolawang, 143 km. (Tunggul)





23 Mei 2012 - 12:01:41 WIB

Dibaca : 1380

SHARE